Menatap Welirang dari Pundak
Halo, kali ini aku akan bercerita tentang pengalaman aku hiking di lereng Arjuno - Welirang. Yap, yang paling dekat dengan Gunung Welirang. Gunung Pundak
Rencana ini sangat mendadak bahkan mungkin tanpa persiapan fisik apa pun. Awalnya aku hanya ingin berjalan - jalan saja dan grounding, setiap merasa berantakan rasanya aku ingin pulang ke ibu bumi saja. Aku dan cita - citaku adalah menjelajah Gunung Arjuno - Welirang setidaknya sebelum aku memutuskan untuk selesai dengan diri sendiri aku harus tuntas dengan mereka berdua. Gunung agung dan sakral ini pesonanya membuat saya jatuh cinta hingga sejak saya berada di lerengnya. Ada satu hal yang membuat aku bersyukur untuk lahir dan tinggal di Surabaya, dia sangat dekat dengan Mojokerto. Sesuai dengan kegemaran saya terhadap sejarah Mojokerto baik di kota hingga di dataran tingginya lekat kaitannya dengan Majapahit dan sejarah hindu. Aku cukup senang tinggal di Surabaya yang dekat dengan akses alam dan sejarah.
Berdasarkan naskah Jawa kuno abad ke-14 "Tantu Panggelaran" Gunung Welirang (3.156 Mdpl) merupakan salah satu bagian dari pecahan Gunung Mahameru. Dalam kepercayaan hindu Mahameru dipercaya sebagai poros dunia atau pusat alam semesta (Jambudvipa) dan tempat bersemayamnya para dewa. Ketika para dewa memindahkan Mahameru dari India ke tanah Jawa, Mahameru tercecer dan ceceran tersebut menjadi gugusan gunung - gunung yang ada di pulau Jawa. Melalui peristiwa ini lahirlah gunung - gunung suci seperti Semeru, Argopuro, Arjuno, dan Welirang. Dalam beberapa catatan sejarah wilayah Gunung Welirang pernah disebut sebagai Gunung Kemukus. Namun, seiring waktu dan dengan berkembangnya penamaan lokal yang mengacu pada aktivitas vulkanik dan belerang (welirang = sulfur), nama “Kemukus” kemudian tidak lagi digunakan secara resmi dan berubah menjadi Welirang seperti sekarang. Nama Kemukus sendiri dalam bahasa Jawa berarti asap atau uap yang mengepul, yang juga cocok dengan karakter Gunung Welirang yang mengeluarkan asap belerang dari kawahnya. Welirang juga dikenal sebagai gunung kembar bersama Arjuno, tapi hanya Welirang yang masih aktif. Dari kawahnya, asap belerang sering menari di udara. Kini, kawasan Arjuno-Welirang menjadi bagian dari Taman Hutan Raya Raden Soerjo, surga bagi pendaki dan pencinta alam. Dan dari kaki gunung inilah, dari jalur Gunung Pundak aku memulai perjalananku. Di sini aku melihat Welirang dari dekat, mendengar desir angin di antara pinus, dan merasakan betapa kecilnya manusia di hadapan alam yang begitu agung.
 |
Parkiran Pos Perizinan Gunung Pundak
|
Gunung Pundak (1.585 Mdpl) dikelola oleh Tahura Raden Soerjo pos perizinannya buka pukul 06.00 WIB diijinkan untuk pendaki tektok maksimal lapor turun pukul 17.00 WIB. |
Rambu Bencana Kawasan
|
Aku membayar simaksi 15 ribu saja dan parkir 5 ribu (oiya di depan juga ada tiket masuk kawasan wisata 15 ribu juga bayarnya) di Gunung Pundak cukup banyak sumber air namun karena masih kemarau debit air mengecil. |
Sumber Air Trek Gunung Pundak
|
Aku memulai perjalanan di pukul 10.00 WIB perjalanan kurang lebih 2 jam alias aku sampai di atas waktu matahari tepat berada di atas kepalaku, sangat panas gila meskipun sepi karena sedang pekan demo (maklum yang main ke hutan biasanya orang kota).
 |
Lembah Gunung Welirang (Sabana Gunung Pundak)
|
Kalau kata aku Gunung Pundak ini ibarat kamu cinta tapi kamu gabisa memiliki, Welirang nampak gagah dan cantik di waktu yang bersamaan tidak peduli aku kepanasan. Langit cerah dan berangin nampak lembah Welirang yang sabananya tergoyang angin. Aku cukup betah berada di puncak 2 Gunung Pundak untuk menatap lama - lama Welirang kekasihku. |
Puncak Gunung Welirang dari Puncak 2 Gunung Pundak
|
Welirang bagiku bukan sekadar gunung, tapi cermin tentang keteguhan, keseimbangan, dan kehidupan. Ada sejarah, ada kerja keras, ada kesunyian yang indah. Gunung Welirang selalu punya cara sendiri untuk membuatku kagum. Dari kejauhan, ia tampak gagah di antara kabut, berdampingan dengan Gunung Arjuno seolah dua saudara tua yang menjaga kisah panjang tanah Jawa. Namun, di balik keindahan itu, tersimpan sejarah yang begitu kaya, penuh legenda, mitos, dan kehidupan yang terus bergerak di lerengnya.
Komentar
Posting Komentar